Monday, November 10, 2008

sembilan elemen jurnalisme

Buku ini mengacu pada dua hal yaitu apa yang seharusnya diketahui oleh wartawan dan yang diharapkan publik. Kita sebagai manusia sosial membutuhkan berita untuk menjalani hidup, melindungi diri, menjalin hubungan satu sama lain dan mengenali teman atau musuh. Pengertian jurnalisme adalah suatu sistem yang dilahirkan masyarakat untuk memasok berita.
Karena adanya revolusi komunikasi maka karakter jurnalisme pun mulai beralih dari yang seharusnya. Mereka lebih mementingkan keuntungan perusahaan suratkabar dibanding dengan kepentingan masyarakat dalam mendapatkan berita yang aktual. Ada ketakutan dalam hati para wartawan apabila mereka mementingkan kepentingan publik yang lebih besar itu akan merusak profesi mereka sendiri. Akibatnya, masyarakat pun semakin tak percaya terhadap wartawan bahkan sampai membencinya.
Dengan adanya kejadian itu maka banyak wartawan diseluruh negeri mulai sepakat dengan masyarakat bahwa mereka akan mementingkan kepentingan masyarakat dibandingkan keuntungan perusahaannya.
Setelah ada penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli maka terbentuklah beberapa prinsip-prinsip nyata yang disetujui wartawan dan menjadi hak anggota masyarakat untuk berharap. Prinsip-prinsip ini adalah sembilan elemen jurnalisme, yaitu:
1.Kewajiban utama jurnalisme adalah pada kebenaran.
2.Loyalitas pertama jurnalisme kepada warga.
3.Intisari jurnalisme adalah disiplin dalam verifikasi.
4.Para praktisinya harus menjaga independensi terhadap sumber berita.
5.Jurnalisme harus berlaku sebagai pemantau kekuasaan.
6.Jurnalisme harus menyediakan forum publik untuk kritik maupun dukungan warga.
7.Jurnalisme harus berupaya membuat hal yang penting, menarik dan relevan.
8.Jurnalisme harus menjaga agar berita komprehensif dan proporsional.
9.Para praktisinya diperbolehkan menggunakan hati nuraninya.

Sembilan elemen ini memilki kedudukan yang sama satu sama lain.Tujuan utama jurnalisme adalah menyediakan informasi yang diperlukan orang agar bebas dan bisa mengatur dirinya sendiri.
Elemen yang pertama adalah kewajiban utama jurnalisme adalah pada kebenaran. Kebenaran dapat dipersepsikan berbeda oleh kacamata yang berbeda setiap kacamata memiliki ideologi dan dasar pemikiran sendiri terhadap kebenaran. Maka Kovach dan Rosentiel menerangkan bahwa masyarakat butuh prosedur dan proses guna mendapatkan kebenaran yang fungsional.
Kebenaran fungsional biasanya digunakan oleh polisi untuk melacak dan menangkap pelaku kejahatan, hakim menjatuhkan keputusan pengadilan dan guru mengajarkan sejarah, fisika atau biologi pada murid-muridnya. Namun pada kebenaran fungsional seringkali terdapat kesalahan dan harus direvisi kembali. Begitu juga yang harus dilakukan oleh jurnalisme.
Elemen kedua adalah loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga. Sejak tahun 1980-an banyak wartawan Amerika yang berubah menjadi orang bisnis. Bisnis media yang mereka geluti berbeda dengan bisnis biasanya karena dalam bisnis media terdapat sebuah segitiga. Sisi pertamanya adalah pemirsa, pembaca dan pendengar; sisi kedua adalah pemasang iklan dan sisi ketiga adalah masyarakat. Dalam bisnis ini yang dianggap sebagai pelanggan bukanlah pembaca, pendengar dan pemirsa melainkan pemasang iklan.
Akhirnya pada tahun 1933 Eugene Meyer membeli harian The Washington Post dan mengubahnya menjadi suratkabar yang serius, mengutamakan kepentingan publik, menyajikan kebenaran dan berani mengorbankan keuntungan materialnya demi kepentingan publik. Prinsip ini ternyata benar harian itu akhirnya menjadi suratkabar terlaris dan mendatangkan keuntungan tersendiri pada perusahaannya.
Elemen yang ketiga adalah intisari dalam jurnalisme adalah disiplin dalam melakukan verifikasi. Disiplin mampu membuat wartawan menyaring desas-desus, gosip, ingatan yang keliru dan manipulasi guna mendapatkan informasi yang akurat. Disiplin verifikasi inilah yang membedakan jurnalisme dengan hiburan, propaganda, fiksi atau seni.
Metode jurnalisme bisa objektif tapi objektifitas ini bukanlah tujuan. Objektifitas adalah disiplin dalam melakukan verifikasi. Kovach dan Rosentiel menawarkan Lima konsep dan Empat metode konkrit dalam melakukan verifikasi.
Elemen yang keempat adalah para praktisinya harus menjaga independensi terhadap suatu berita. Kovach dan Rosentiel berpendapat bahwa wartawan boleh mengemukakan pendapatnya dalam kolom opini (bukan dalam berita). Namun wartawan yang beropini juga tetap harus menjaga akurasi dari data-datanya. Mereka harus tetap melakukan verifikasi, mengabdi pada kepentingan masyarakat dan memenuhi berbagai ketentuan lain yang harus ditaati seorang wartawan.
Prinsipnya, wartawan harus bersikap independen terhadap orang-orang yang mereka liput. Sumber dari kredibilitas jurnalis adalah tetap, yaitu akurasi, kejujuran intelektual dan kemampuan untuk menyampaikan informasi, bukan kesetiaan pada kelompok atau hasil tertentu.
Elemen yang kelima adalah Jurnalisme harus berlaku sebagai pemantau kekuasaan. Memantau kekuasaan bukan berarti melukai mereka yang hidupnya nyaman. Memantau kekuasaan dilakukan dalam rangka ikut menegakkan demokrasi. Salah satu cara pemantauan ini adalah melakukan investigative reporting yaitu sebuah jenis reportase di mana si wartawan berhasil menunjukkan siapa yang salah, siapa yang melakukan pelanggaran hukum yang seharusnya jadi terdakwa dalam suatu kejahatan publik yang sebelumnya dirahasiakan. Salah satu konsekuensi dari investigasi adalah kecenderungan media bersangkutan mengambil sikap terhadap isu di mana mereka melakukan investigasi.
Elemen ke enam adalah Jurnalisme harus menyediakan forum publik untuk kritik maupun dukungan warga. Logikanya, manusia itu punya rasa ingin tahu yang alamiah. Bila media melaporkan jadwal acara sampai dengan kejahatan publik hingga timbul trend sosial maka ini akan membuat rasa ingin tahu masyarakat meningkat. Ketika adanya respon terhadap berita tersebut maka masyarakat akan memberikan komentar dan opini mereka melalui talk show di televisi, telepon ke radio dan surat pembaca. Sampai akhirnya komentar dan opini-opini mereka disampaikan kepada orang-orang yang bekerja di pemerintahan dan para politisi. Memang inilah tugas mereka yaitu menangkap aspirasi masyarakat dan menyalurkannya.
Elemen ke tujuh adalah Jurnalisme harus berupaya membuat hal yang penting, menarik dan relevan. Kovach menekankan perlunya wartawan belajar menulis narasi karena kekuatan jurnalisme cetak sangat ditentukan oleh kemampuan ini. Anjuran itu sesuai dengan elemen ketujuh bahwa jurnalisme harus memikat sekaligus relevan. Kebanyakan media suka menekankan pada sisi sensasi dari skandal itu ketimbang isu yang lebih relevan.
Elemen ke delapan adalah Jurnalisme harus menjaga agar berita komprehensif dan proporsional. Kovach dan Rosenstiel mengatakan banyak suratkabar yang menyajikan berita yang tak proporsional. Judul-judulnya sensional namun isi beritanya tak sesuai dengan sensasi yang ditimbulkan oleh judulnya. Rakyat Merdeka adalah salah satu contohnya. Suratkabar macam ini seringkali tidak proporsional dalam pemberitaannya. Pemilihan berita juga sangat subjektif seperti berita mana yang diangkat, mana yang penting dan mana yang dijadikan berita utama penilaiannya bisa berbeda antara si wartawan dan si pembaca.
Elemen terakhir adalah Para praktisinya diperbolehkan menggunakan hati nuraninya. Semua wartawan seharusnya punya pertimbangan pribadi tentang etika dan tanggungjawab sosial. Membolehkan tiap individu wartawan menyuarakan hati nurani pada dasarnya membuat urusan manajemen jadi lebih kompleks. Tapi tugas setiap redaktur untuk memahami persoalan ini. Mereka memang mengambil keputusan final tapi mereka harus senantiasa membuka diri agar tiap orang yang hendak memberi kritik atau komentar bisa datang langsung pada mereka.

OPINI

Menurut saya buku ini sangat baik untuk pemula yang ingin memulai karirnya di dunia Jurnalistik. Dengan membaca buku ini jurnalis pemula ini akan mengetahui bagaimana caranya membuat berita yang baik dan sesuai dengan ketentuan Jurnalisme.
Penyampaian dengan menggunakan contoh-contoh juga lebih mempermudah para junior untuk memahami maksud dari setiap pembahasannya. Bahasa yang digunakan pun cukup baik untuk ukuran buku translate-tan.
Contoh yang diberikan dalam buku ini juga sekaligus dapat menceritakan sejarah dari dunia Jurnalisme itu sendiri, jadi kita tidak perlu membaca buku lain untuk sekedar mengetahui sejarah Jurnalisme.
Dengan membaca buku ini kita dapat memilih apa yang harus kita tulis dan apa yang tidak seharusnya kita tulis dalam sebuah berita agar berita yang kita tulis tidak keluar jalur atau sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku.
Bagi saya elemen-elemen dan anjuran-anjuran yang diberikan oleh Kovach dan Rosenstiel masuk akal dan baik untuk dilakukan dalam dunia kerja. Karena anjurannya sudah dibuktikan dengan contoh nyata yang mereka berikan dalam buku ini.
Saya, mahasiswi komunikasi yang berniat ingin meneruskan ke jurusan Jurnalistik, memiliki ketertarikan tersendiri pada saat membaca buku ini walaupun awalnya terlihat tebal dan membosankan.

1 comment:

Anonymous said...

ini apaan seh??
aku ko bingung bacanya yah
ga ngerti
maksudnya buat yg mau jadi wartawan yah
jurnalis sama wartawan tuh sama apa beda yah??
aku juga mau ah jd wartawan..
emang lo mau jd wartawan yah..
ko banyak tulisan2 kayak gini???
lo mau jd